Rabu, 04 Mei 2016

Mencari Makna Hendaklah Kamu Sempurna Seperti Bapa

ad300
Advertisement
Apa itu kesempurnaan? Ada berbagai jawaban atas pertanyaan ini. Namun pertanyaan ini diarahkan pada Matius 4:48. Kesempurnaan merupakan salah satu konsep atau variabel yang didambakan oleh setiap orang. Allah adalah sempurna, dan telah menciptakan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa dalam kesempurnaan yaitu tanpa dosa (kesempurnaan secara moral), kondisi kesempurnaan itu dapat disaksikan dalam narasi Kejadian 1 dan 2. Akan tetapi kesempurnaan moral itu mengalami gangguan yaitu kegagalan manusia dalam dosa sebagaimana muncul dalam deskripsi Kejadian 3. Dalam perkembangannya, manusia yaitu Kain membunuh adiknya. Hal ini menunjukkan penyimpangan kesempurnaan. Seharusnya Kain mengasihi adiknya tetapi justru kain bertindak tidak sempurna. Kondisi demikian berkembang dalam kehidupan umat pilihan-Nya sampai datang-Nya Yesus Kristus.
Menurut Lorens Bagus sempurna memiliki beberapa pengertian yakni: (1) lengkap, (2) murni, (3) tidak ada kesalahan. Tidak memiliki kemungkinan untuk cacat atau tidak bercacat. Berdasarkan definisi ini, kata sempurna menunjukkan kualitas moral yaitu tanpa salah. Hal ini berarti sempurna adalah kondisi dimana tidak terjadi pelanggaran atau kesalahan dalam diri seseorang.
Salah satu teks dalam Perjanjian Baru yang menjadi perdebatan teologis yaitu Teks Matius 5:48. Teks ini  telah menjadi diksusi para ahli, diskusi itu salah satunya adalah pokok yang bersifat teologis. Percakapan teologis berkisar pada doktrin “kesempurnaan Kristen” (Christian Perfection) yang diajarkan John Wesley, Victoria L. Campbell. Mereka menulis artikel berisi pembelaan terhadap doktrin kesempurnaan Kristen yang diajarkan oleh Wesley. Menurut Campbell, Wesley mengajarkan bahwa kesempurnaan Kristen itu merupakan sebuah “sasaran” (goal) atau “tujuan akhir” (ends). Artinya, kesempurnaan Kristen menurut Wesley bukanlah sebuah status kekinian yang dapat dinikmati oleh orang percaya saat ini dan di sini, melainkan sebuah sasaran atau tujuan akhir yang menjadi orientasi dari seluruh kehidupan Kristiani.
Wesley mengajarkan tentang kesempurnaan sebagaimana yang dimaksud oleh Yesus tetapi dinilai oleh J. Sidlow Baxter bahwa ajaran kesempurnaan Kristen dari Wesley adalah tidak Alkitabiah dan tidak mungkin tercapai oleh oleh orang percaya dalam kehidupan ini.
Menurut Witherington, Wesley memang mengajarkan doktrin kesempurnaan Kristen yang bersifat progresif, bukan status kekinian, namun Wesley memang percaya bahwa progress menuju kesempurnaan Kristen itu dapat tercapai dalam hidup ini. Hal ini disebabkan Wesley mendefinisikan dosa secara terlalu sempit yaitu sebagai “perlawanan secara sengaja terhadap hukum-hukum moral yang telah tercatat dalam Alkitab”.
Kritik Witherington terhadap Wesley adalah bahwa Wesley tidak tepat dalam pendefinisiannya mengenai dosa, sementara Witherington sendiri tetap mengakomodasi inti doktrin kesempurnaan Kristen yang diajarkan Wesley. Apa yang diperdebatkan itu ada dalam
Matius 5:17-48; 1 Korintus 10:13; 1 Yohanes 1:8-10; 2:2; 3:6-9; dan 4:12, 17-18.

Namun apakah Matius 5:48, menegaskan bahwa orang-orang Kristen harus mencapai suatu tingkat kehidupan yang sempurna di dalam segala aspeknya dalam hidup ini? Apakah yang dimaksudkan dengan “sempurna” dalam teks ini?. Sempurna dalam hal apa? Inilah yang menjadi masalah penelitian
Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

0 komentar: