![]() |
| Advertisement |
Apa itu kesempurnaan? Ada berbagai jawaban atas pertanyaan ini. Namun pertanyaan ini diarahkan pada Matius 4:48. Kesempurnaan merupakan salah satu konsep atau
variabel yang didambakan oleh setiap orang. Allah adalah sempurna, dan telah
menciptakan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa dalam kesempurnaan yaitu tanpa
dosa (kesempurnaan secara moral), kondisi kesempurnaan itu dapat disaksikan
dalam narasi Kejadian 1 dan 2. Akan tetapi kesempurnaan moral itu mengalami
gangguan yaitu kegagalan manusia dalam dosa sebagaimana muncul dalam deskripsi
Kejadian 3. Dalam perkembangannya, manusia yaitu Kain membunuh adiknya. Hal ini
menunjukkan penyimpangan kesempurnaan. Seharusnya Kain mengasihi adiknya tetapi
justru kain bertindak tidak sempurna. Kondisi demikian berkembang dalam
kehidupan umat pilihan-Nya sampai datang-Nya Yesus Kristus.
Menurut Lorens Bagus sempurna
memiliki beberapa pengertian yakni: (1) lengkap, (2) murni, (3) tidak ada
kesalahan. Tidak memiliki kemungkinan untuk cacat atau tidak bercacat.
Berdasarkan definisi ini, kata sempurna menunjukkan kualitas moral yaitu tanpa
salah. Hal ini berarti sempurna adalah kondisi dimana tidak terjadi pelanggaran
atau kesalahan dalam diri seseorang.
Salah satu teks dalam Perjanjian Baru yang menjadi
perdebatan teologis yaitu Teks Matius 5:48. Teks ini telah menjadi diksusi para ahli, diskusi itu
salah satunya adalah pokok yang bersifat teologis. Percakapan teologis berkisar
pada doktrin “kesempurnaan Kristen” (Christian
Perfection) yang diajarkan John Wesley, Victoria L. Campbell. Mereka
menulis artikel berisi pembelaan terhadap doktrin kesempurnaan Kristen yang
diajarkan oleh Wesley. Menurut Campbell, Wesley mengajarkan bahwa kesempurnaan
Kristen itu merupakan sebuah “sasaran” (goal)
atau “tujuan akhir” (ends). Artinya,
kesempurnaan Kristen menurut Wesley bukanlah sebuah status kekinian yang dapat
dinikmati oleh orang percaya saat ini dan di sini, melainkan sebuah sasaran
atau tujuan akhir yang menjadi orientasi dari seluruh kehidupan Kristiani.
Wesley mengajarkan tentang kesempurnaan sebagaimana yang
dimaksud oleh Yesus tetapi dinilai oleh J.
Sidlow Baxter bahwa ajaran kesempurnaan Kristen dari Wesley adalah tidak
Alkitabiah dan tidak mungkin tercapai oleh oleh orang percaya dalam kehidupan
ini.
Menurut Witherington, Wesley memang mengajarkan
doktrin kesempurnaan Kristen yang bersifat progresif, bukan status kekinian,
namun Wesley memang percaya bahwa progress menuju kesempurnaan Kristen itu
dapat tercapai dalam hidup ini. Hal ini disebabkan Wesley mendefinisikan dosa
secara terlalu sempit yaitu sebagai “perlawanan secara sengaja terhadap
hukum-hukum moral yang telah tercatat dalam Alkitab”.
Kritik Witherington terhadap Wesley adalah bahwa
Wesley tidak tepat dalam pendefinisiannya mengenai dosa, sementara Witherington
sendiri tetap mengakomodasi inti doktrin kesempurnaan Kristen yang diajarkan
Wesley. Apa yang diperdebatkan itu ada dalam
Matius
5:17-48; 1 Korintus 10:13; 1 Yohanes 1:8-10; 2:2; 3:6-9; dan 4:12, 17-18.
Namun apakah Matius 5:48, menegaskan bahwa orang-orang
Kristen harus mencapai suatu tingkat kehidupan yang sempurna di dalam segala
aspeknya dalam hidup ini? Apakah yang dimaksudkan dengan “sempurna” dalam teks ini?. Sempurna dalam hal apa? Inilah yang menjadi masalah
penelitian




0 komentar: