Sabtu, 30 April 2016

Teologi Historika

ad300
Advertisement
Mata Kuliah : Teologi Historika
Bobot : 2 SKS
Semester : VIII
Dosen : Yonas Muanley, M.Th.

Bahan ini diasuh oleh saya ketika saya menjadi dosen tetap di STT Injili Arastamar 1994 -2010. Saya posting bahan ini untuk membantu teman-teman yang sedang mencari bahan pengajaran Teologi Historika.

Standar Kemampuan

Mahasiswa mampu mendekati studi doktrin Kristen dari sudut pandang historis dengan tujuan untuk menguraikan apa yang telah diajarkan atau sedang diajarkan oleh konsili-konsili atau ahli-ahli teologi tertentu yang berwibawa dan menerapkannya dalam siarah berteologi di Indonesia.

Deskripsi Teologi Historis:

Seseorang dapat mendekati studi doktrin Kristen dari sudut pandang historis dengan tujuan untuk menguraikan apa yang telah diajarkan atau sedang diajarkan oleh konsili-konsili atau ahli-ahli teologi tertentu yang berwibawa. Dengan kata lain teologi historis merunut sejarah umat Allah dalam Alkitab (PL) dan Gereja sejak Yesus Kristus [PB]. Teologi Historis membahas awal mula, perkembangan, dan penyebaran Agama yang sejati dan juga semua Doktrin, organisasi, dan kebiasaannya. Di dalamnya termasuk juga Sejarah Alkitab, Sejarah Gereja, Sejarah Pekabaran Injil, sejarah Ajaran dan sejarah Pengakuan Iman.
Berdasarkan kemampuan yang ingin dicapai dalam mata kuliah ini maka dirumuskan 5 kompetensi dasar disertai dengan indicator-indikatornya.

Kompetensi Dasar 1:
Teologi Bapa-bapa Gereja sampai Tahun 500 M.
Indikator:
1. Teologi Bapa-bapa Rasuli
Latar belakang konteks berteologi bapa-bapa Gereja: Filsafat Yunani. Teologi Yustinus Martir: Ia berteologi dalam konteks filsafat Yunani. Ia seorang Yunani, lahir di Palestina pada awal abad ke-2. Ia adalah seorang pecinta hikmat/pencari kebenaran. Mula-mula ia mencari kebenaran dalam filsafat Yunani, yaitu dalam filsafat Stoa dengan cara bergabung dengan seorang filsuf Stoa. Namun pencaharian tentang kebenaran (pengetahuannya tentang Allah) tidak bertambah. Kemudian ia mengikuti seorang filsuf aliran Aristoteles namun hasilnya tidak memuaskan, sang filsuf aliran Aristoteles itu meminta upah dari Yustinus. Ia kemudian meninggalkan sang filsuf ini karena menganggap bahwa bahwa sang filsuf ini bukanlah seorang filsuf (pencari kebenaran alias pencari upah). Kemudia ia berusaha menjadi pengikut aliran Pythagoras, akan tetapi persyaratan dari aliran ini ialah bahwa Yustinus harus belajar music, astronomi, dan geometri sebelum belajar filsafat (belajar kebenaran). Ia kemudian meninggalkan aliran ini karena merasa tidak sabar, ia inging cepat menemukan kebenaran itu (pengetahuannya tentang Allah). Kemudian ia bergabung dengan seorang pengikut aliran filsafat Platonisme yang terkenal. Dalam aliran filsafat ini ia mengalami kemajuan-kemajuan. Ia mencatat kemajuan dari hari ke hari. Ia bangga lalu menilai kemajuannya terlalu tinggi dan mengharapkan langsung bertemu dengan kebenaran (langsung bertemu dengan Allah). Pada saat itu ia berjumpa dengan seorang tua dekat laut. Orangtua itu memperkenalkannya dengan Perjanjian Lama dan dengan Kristus.
Kemudian Yustinus menjadi Kristen, karena melihat bahwa “hanya filsafat inilah satu-satunya yang aman dan menguntungkan.
Yustinus adalah seorang Kristen yang mencari pendekatan antara agama Kristen dan filsafat Yunani, dengan kesimpulannya tentang agama Kristen:

Teologinya:

Agama Kristen adalah pemenuhan dari segala yang terbaik dalam filsafat, khususnya dalam ajaran Platonisme. Ia menggambarkan bahwa Kristus bukan sebagai yang diluar filsafat Yunani, akan tetapi sebagai kegenapan dari segala yang terbaik dari pemikiran Yunani.
Ini dicapainya dengan menggarap konsep Logos (firman), di dalamnya semua orang ikut berpartisipasi. Ia berpendapat bahwa Plato dan filsuf-filsuf lainnya meminjam beberapa di antara ide mereka dari Perjanjian Lama. Kami diajar bahwa Kristus adalah Anak sulung dari Allah dan kami telah mengatakan di atas bahwa Ia adalah Firman (atau akal) yang semua orang mengambil bagian di dalamnya. Mereka yang hidup secara akali (dengan logos/firman) adalah orang Kristen. Walaupun mereka disebut ateis.
Saya bangga dan berusaha sekuat tenaga untuk dipandang sebagai orang Kristen. Bukan karena ajaran Plato lain dari pada ajaran Kristen, tetapi karena tidakseluruhnya sama. Sama halnya dengan pengikut-pengikut ajaran Stoa, para pujangga dan sejarawan. Karena masing-masing berbicara dengan baik menurut bagian yang ia miliki dari Firman (Firman/logos/akal) yang berbuah itu, dan melihat hubungan-hubungannya… segala yang telah dikatakan dengan benar oleh siapa pun adalah milik kami orang Kristen. Karena, disamping Allah kami memuja dan mengasihi Firman, yang adalah dari Allah, yang tidak diciptakan dan yang kebesaran-Nya tak terhingga; karena Ia telah menjadi manusia demi kita dan turut menderita bersama kita agar Ia dapat membawa kesembuhan bagi kita. Sebab, semua penulis-penulis itu dapat menyingkap tabir kenyataan melalui benih yang ditanam oleh Firman dalam diri mereka.

Yustinus juga menyatakan bahwa: “Kristus jauh lebih unggul dari Sokrates. “Karena tidak seorang percaya kepada Sokrates sehingga bersedia mati karena ajarannya. Tetapi Kristus … bukan saja filsuf-filsuf dan cendekiawan yang percaya kepada-Nya, tetapi juga perajin-perajin dan orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan melihat kejayaan sebagai kekejian, lagi pula mereka tidak diburu rasa takut dan takut akan kematian. Yustinus pun akhirnya menjadi martir karena mempertahankan imannya kepada Kristus.

Teologi Irenaeus:

Ia berteologi dalam konteks perlawanan terhadap bidat (ajaran sesat) pada abad ke-2 yaitu Gnotisisme Ia adalah orang Yunani yang lahir di Asia Kecil dari keluarga Kristen. Pada waktu ia menjadi pemuda ia pindah ke Lyon di Gallia (Perancis) dan menjadi Presbiter di sana pada tahun 177 Ireneus dipengaruhi oleh Yustinus. Ia menjadi jembatan antara teologi Yunani purba dan teologi Latin Barat, yang dimulai oleh Tertullianus.
Sumbangannya ialah pembuktian ketidakbenaran ajaran sesat dan pemaparan kekristenan rasuli. Ia menulis sebuah karya yang penting yaitu Sangkalan dan penggulungan dari apa yang secara salah disebut Pengetahuan (gnosis), yang umumnya dikenal dengan judul singkatnya “Melawan ajaran-ajaran sesat”. Tulisan ini khusus ditujukkan kepada aliran Gnostik. Penganut Gnostik percaya pada satu Allah Yang Maha Tinggi yang jauh dari dunia ini. Ia tidak turut serta dalam penciptaannya. Penciptaan itu adalah hasil dari ilah yang lebih rendah, yaitu Allah Perjanjian Lama. Antara dunia yang jahat ini dengan Allah Yang Maha Tinggi terdapat hirarki mahluk-mahluk ilahi. Kalau tubuh kita, karena bersifat jasmani , merupakan bagian dari dunia ini, maka jiwa kita merupakan bunga api yang terperangkap dalam tubuh kita. Keselamatan terjadi kalau jiwa kita membebaskan diri dari tubuh kita dan menuju ke alam di atas sana. Untuk sampai kepada Allah, maka jiwa itu harus melampaui alam-alam di atas dunia ini, yang dikuasai oleh bintang-bintang dan planet-planet yang kemungkinan besar bermusuhan. Keselamatan dicapai karena pengetahuan (Yunani gnosis).

Menurut ilmu gaib sederhana gnosis diartikan pengetahuan mengenai kode-kode untuk melewati mahluk-mahluk ilahi dalam perjalanan menuju Allah. Ajaran gnotisisme berbeda secara radikal dari ajaran Kristen ortodoks. Gnostik juga mendasarkan diri pada tradisi-tradisi rahasia yang katanya diterima dari salah satu rasul.
Dalam konteks inilah Ireneus berteologi dalam pendekatan apologet sbb:
Ø Hanya dengan menggambarkannya kita sudah menyangkal doktrin-doktrin itu (gnostik) Ø Ia mempertanyakan keyakinan-keyakinan Gnostik berkenaan dengan tradisi-tradisi rasuli yang rahasia. Ia mengemukakan bahwa jika ada ajaran-ajaran khusus para rasul yang perlu diteruskan, tentu saja mereka meneruskannya kepada jemaat-jemaat yang mereka dirikan. Ia menunjukkan kepada berbagai jemaat berbeda-beda yang didirikan para rasul, bahwa ajaran-ajaran mereka terus menerus diturunkan di depan umum, tanpa terputus-putus.

Ø Untuk menunjang pendapatnya, Ireneus membuat daftar dari pemimpin-pemimpin gereja yang telah diangkat oleh para rasul. Di samping itu gereja-gereja tersebut, yang tersebar di seluruh kekaisaran semuanya mengajarkan doktrin yang sama.
Pokok-pokok pertikaian antara agama Kristen ortodoks dan aliran Gnostisisme yaitu pada: 1. Apakah kemungkinan untuk mendapatkan kekristenan rasuli itu lebih besar di jemaat-jemaat rasuli yang ajarannya selalu terbuka dan berkesinambungan sejak mereka didirikan serta yang sama di semua jemaat ataukah 2. Di antara penganut-penganut Gnostisisme, yang klaimnya bahwa mereka memiliki tradisi rasuli belum belum dapat diteliti kebenarannya, sebab penuh pertentangan dan tidak cocok satu dengan yang lain?

Argumentasi Ireneus sangat kuat. Jika mereka disangkal oleh Alkitab, mereka berbalik dan mengkritik Alkitab seolah-olah tidak benar dan tidak dapat dipercaya. Agama Kristen ortodoks dan Gnostisisme adalah dua agama dengan dua Alkitab yang berbeda. Persoalannya adalah agama serta Alkitab mana yang berasal dari Kristus dan para rasul? Pertanyaan ini terjawab oleh argument yang dikemukakan Ireneus – sulit dibayangkan bagaimana bisa dijawab lain dari itu (lain dari jawaban Ireneus), yaitu sbb:

Semua orang yang ingin melihat kebenaran jelas dapat merenungkan di setiap jemaat tradisi para rasul yang dinyatakan di seluruh dunia. Kami dapat memberikan daftar dari mereka yang diangkat sebagai uskup oleh rasul-rasul, begitupula mereka yang menggantikannya hingga zaman ini. Mereka tidak mengajarkan ataupun mengetahui sedikitpun tentang ocehan-ocehan yang sesat itu. Seandainya para rasul mengetahui rahasia-rahasia tersembunyi itu dan biasa memberitahukannya kepada mereka yang sempurna secara tersendiri dan secara rahasia, bukan lebih masuk di akal kalau mereka memberitahukannya kepada orang-orang yang dipercayakannya untuk mengurus jemaat-jemaat. Sebab, mereka menghendaki agar pengganti-penggantinya sempurna tanpa aib.

Ireneus termasuk yang pertama-tama menggunakan istilah Perjanjian Baru di samping Perjanjian Lama. Awalnya “Alkitab” bagi orang Kristen berarti Perjanjian Lama. Tulisan-tulisan para rasul dianggap sah, namun berangsur-angsur dihimpun menjadi Perjanjian Baru. Pada zaman Ireneus, Perjanjian Baru sudah mirip Perjanjian Baru kita, jadi memuat empat Kitab Injil, Kisah Para Rasul, Surat-surat dari Paulus serta tulisan-tulisan lain. Perselihan pendapat mengenai bagian terakhir (Ibrani sampai Wahyu dalam Alkitab kita) masih berlangsung selama beberapa waktu, walaupun tulisan-tulisan yang diterima di manapun dan pada waktu mana pun pasti tidak terlalu berbeda dengan Perjanjian Baru yang kita miliki sekarang.
Ireneus mendasarkan diri pada tulisan-tulisan para rasul (PB) serta ajaran-ajaran rasuli yang diwariskan (tradisi) kepada gereja-gereja rasuli. Tradisi itu tidak dimaksudkan untuk menambahkan pada pesan yang terkandung dalam PB. Justru karena penganut Gnostisisme tidak dapat menerima PB, Ireneus terpaksa memakai tradisi tersebut untuk memperkuat pendapatnya. Tradisi memberikan ringkasan pokok dari kekristenan rasuli (sebagaimana kemudian terdapat dalam Pengakuan Iman Rasuli misalnya) yang bertentangan dengan pokok kepercayaan kepercayaan Gnostik.

“Gereja, walaupun tersebar ke mana-mana hingga ke ujung dunia, telah menerima dari para rasul serta murid-muridnya kepercayaan ini, yaitu percaya kepada satu Allah, Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi dan lautan serta segala yang di dalamnya; dan kepada satu Kristus Yesus, Anak Allah yang telah menjadi manusia untuk keselamatan kita; dan kepada Roh Kudus, yang melalui para nabi telah menyatakan pekerjaan penyelamatan Allah bagi umat manusia, serta pada kedatangan, kelahiran dari seorang dara, penderitaan, kebangkitan dari antara orang mati dan kenaikan secara badani dari Tuhan kita Yesus Kristus yang terkasih dan kedatangan-Nya yang kedua kali dari sorga dengan kemuliaan Sang Bapa untuk memenuhi segala sesuatu dan untuk membangkitkan semua daging manusia supaya … Ia menghakimi semua orang dengan adil
Tertulianus (Bapa Teologi Latin)
Ia lahir di Kartago (kota Tunis zaman modern) tahun 160. Ia berasal dari keluarga Romawi kafir. Ia dididik dalam ilmu retorika dan ilmu hukum. Pernah berpraktek sebagai ahli hukum di kota Roma dan menjadi Kristen tahun 197. Ia adalah orang Kristen pertama yang penting, yang telah menulis dalam bahasa Latin. Ia adalah Bapa teologi Latin, Barat. Bersama dengan Origenes, Tertulianus merupakan penulis Kristen terbesar abad ke-2 dan ke-3
Orang Kafir suka membaca karya-karyanya hanya karena gayanya yang begitu menarik (hamper setiap kata yang diucapkannya merupakan epigram dan setiap kalimat adalah satu kemenangan, atau Tertulianus memiliki sesuatu yang jarang dimiliki ahli-ahli teologi, ia tidak pernah membosankan. Tertulianus selalu menulis sebagai seorang advokat atau pengacara, ia membela posisinya dan menyerang saingan-saingannya. Ia seorang apologet yang tidak pernah minta maaf. Tujuannya selalu membawa kemusnahan total bagi lawan-lawannya. Namun ia tidak pernah menaruh dendam ataupun tidak jujur.
Ia berdebat dengan segala keahlian hukumnya melawan praktek tidak adil yang menghukum matai orang-orang beriman hanya karena mereka Kristen.
Kami hanyalah orang kemarin, namun kami telah mengisi semua tempat-tempatmu-kota, pulau, benteng, kota kecil, pasar, perkemahan, kami ada pada suku-sukumu, perusahan, istana senat serta forummu. Tak satu tempat pun kami tinggalkan kepada kalian, kecuali kuil-kuil ilah-ilahmu.
Sebutan perpecahan patut diberikan (bukan kepada orang Kristen tetapi) kepada mereka yang bermufakat untuk memfitnah orang-orang baik dan berkebajikan, mereka yang berteriak-teriak menuntut darah orang yang tidak bersalah. Mereka membenarkan permusuhan mereka dengan alasan yang tidak berdasarkan fakta, bahwa orang Kristen adalah penyebab setiap malapetaka, setiap penderitaan bangsa. Kalau Sungai Tiber naik sampai ke dinding-dinding kota atau Sungai Nil tidak naik sampai ke lading; kalau langit berhenti berputar atau dunia bergerak; kalau ada bencana kelaparan atau penyakit sampar, langsung orang berseru: “Lemparkan ke singa orang Kristen itu”. Apa? Sebegitu banyak orang Kristen hanya kepada satu Singa.v Kekejamanmu (terhadap kami), betapapun unggulnya, tidak menguntungkan bagimu. Sesungguhnya ia justru menarik orang untuk bergabung dengan golongan kami. Setiap kali Anda membabat kami, jumlah kami malah bertambah. Darah orang Kristen adalah benih [gereja] … Sebab, siapakah pada waktu melihatnya tidak tergerak untuk menerima iman kami. (Tony Lane. 2007:14-15).

Sikapnya terhadap ajaran sesat 1. Terhadap aliran Gnostisisme yang terungkap dalam karya Dogmatis melawan ajaran-ajaran sesat. Dalam bukunya Adversus Marcionem (melawan Marcion)
2. Terhadap Montanus. Mula-mula Tertulianus menyokong aliran utama, yaitu Gereja Katolik, tetapi menjelang tahun 207 ia menjadi kecewa dengan pemimpin gereja lalu mulai berbicara memihak Montanisme (Nubuat Baru).
3.Filsafat Yunani. Tertulianus menganggap filsafat Yunani sebagai sumber ajaran sesat. Ia menekankan sifat paradoksal dari iman dan kontras antara agama Kristen dan filsafat. Disini ia berbeda dengan Yustinus dan para apologet terdahulu. Selanjutnya Tertulianus menyatakan: Apa gerangan hubungan Atena dan Yerusalem? Persesuaian apa yang ada antara Akademi dan Gereja? Apa hubungan orang sesat dengan orang Kristen? Petunjuk-petunjuk kami berasal dari serambi Salomo. Ia sendiri yang mengajar untuk mencari Tuhan dengan kesederhanaan hati. Enyahlah usaha-usaha menciptakan kekristenan stoic, platonic dan dialektis. Kami tidak menginginkan perdebatan yang aneh-aneh setelah menerima Yesus Kristus, tidak pula spekulasi-spekulasi setelah menerima Injil. Karena iman kami, kami tidak lagi menghendaki kepercayaan-kepercayaan lain. Karena inilah keyakinan kami yang terutama: tiada lagi yang perlu dipercaya disamping iman kami. Anak Allah telah disalib. Aku tidak malu karena tindakan itu memalukan. Anak Allah mati. Hal itu dapat dipercaya karena tidak masuk akal. Ia dikuburkan dan bangkit kembali. Ini pasti karena tidak mungkin.

4.Ia melawan Monarkianisme. Pengikut aliran ini menitik beratkan “monarki” atau pemerintahan tunggal dari Allah- mereka adalah monoteis keras. Mereka memperdaya doktrin Trinitas dengan ajaran Sang Bapa adalah Anak adalah Roh Kudus, sama seperti saya sebagai ayah yang juga suami dan penulis. Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga nama yang berlainan untuk tokoh yang sama yang memainkan tiga peranan yang berlainan-bukan tiga nama untuk tiga tokoh yang berbeda. Salah satu penganut monarkianisme adalah Praxeas. Dalam melawan Praxeas, Tertulianus menyatakan bahwa: Allah adalah satu zat atau hakikat dalam tiga pribadi. Tertulianuslah yang menciptakan istilah-istilah yang nantinya dipergunakan dalam rumusan-rumusan mengenai doktrin Ketritunggalan dan Inkarnasi.

Clemens dari Alexandria

Nama lengkapnya Titus Flavius Clemens. Dilahirkan dari keluarga kafir Yunani pada pertengahan abad ke-2. Setelah bertobat (menjadi Kristen), ia mengembara dan belajar pada sejumlah guru Kristen. Ia sangat senang dengan gurunya yang ke-6 dan terakhir: Pantaenus, yang mempunyai sekolah filsafat Kristen di Alexandria. Clemens tinggal padanya dan kemudian tahun 190 menggantikannya. Ia meninggalkan Alexandria pada waktu terjadi penganiayaan pada tahun 202/203 dan tidak kembali lagi. Ia meninggal di Asia Kecil sebelum tahun 216. Pantaenus adalah wakil pertama gereja Kristen Ortodoka di Mesir.

Konteks berteologi Clemens

Mesir pada abad ke-2 merupakan sarang Gnostik. Banyak pemimpin Gnostik berasal dari atau mengajar di Mesir. Sebalinya, Pantaenus, adalah wakil pertama gereja Kristen Ortodoks di Mesir yang kita ketahui sekarang. Menghadapi ancaman pihak Gnostik yang melanda mereka, pengikut gereja ortodoks di Mesir memilih untuk hidup tanpa dikenal, tanpa pembaruan. Mereka cukup hidup beriman sambil mengelak pertanyaan yang berbelit-belit. Pantaenus, dan kemudian Clemens, berusaha menyampaikan suatu corak ortodoksi yang secara intelektual dapat bertahan terus. Mereka beriktiar menunjukkan, bahwa orang dapat saja menyelidiki hal-hal yang berhubungan dengan filsafat dan intelek tanpa jadi murtad.

Sikapnya terhadap filsafat Yunani

Sama seperti Yustinus ia melihat kebenaran dalam filsafat Yunani. Filsafat mempersiapkan orang Yunani bagi Yesus Kristus-sama seperti PL mempersiapkan orang Yahudi. Peringatan Paulus terhadap filsafat (misalnya: Kol. 2:8) dimaksudkan melawan filsafat yang buruk. Sebagian besar pandangan hidup Yunani diterima Clemens, sedangkan ajaran Gnostik dihindarinya.
Sebelum kedatangan Tuhan, orang Yunani memerlukan filsafat untuk kebajikan. Dan kini ia membawa kepada kesalehan. Ia merupakan semacam latihan persiapan bagi mereka yang mendapatkan iman melalui pembuktian … Karena Allah adalah asal dari segala yang baik: ada yang disebabkan secara tidak langsung, seperti filsafat. Mungkin juga filsafat Yunani diberikan kepada orang Yunani secara langsung sampai pada saat Tuhan memanggil mereka. Sebab filsafat adalah guru yang membawa pikiran orang Yunani kepada Kristus, sama seperti Taurat (PL) membawa pikiran orang Yahudi. Jadi, filsafat merupakan persiapan, yang meluruskan jalan bagi mereka yang dibawa ke kesempurnaan dalam Kristus (Tony Lane. 2007:14-15).

Terhadap Ajaran Sesat

Ia mengajar bahwa menghindari ajaran sesat tidak cukup hanya dengan mengatakan anti ajaran itu. Kita harus menghayatinya dalam hidup kita. Berlawanan dengan Docetisme yaitu pandangan bahwa Yesus Kristus hanya kelihatan sebagai manusia, Clemens membenarkan bahwa Yesus Kristus benar-benar mempunyai tubuh jasmani dan bahwa Ia makan dan minum.
2. Teologi Origenes
3. Teologi Cyprianus
4. Teologi Eusebius dari Kaisarea: hlm. 22 – lihat pendapatnya ttg Konstantinus
5. Teologi kesendirian serempak kebersamaan 1: Konsili Nicea, hlm. 23

Konsili Nicea tahun 325 diadakan sebagai reaksi atas ajaran-ajaran Arius. Arius seorang presbiter di Alexandria. Ia mengatakan bahwa Allah Bapa lebih besar dari Allah Anak, yang pada gilirannya lebih besar dari Roh Kudus.Ia memiliki monoteisme radikal, yaitu hanya Allah Bapa adalah Allah. Melalui putran-Nya Allah menciptakan alam semesta, tetapi putra itu hanya ciptaan dari yang tidak ada. Ajaran Arius ini diteruskan oleh saksi Yehova. Arius ditantang oleh uskupnya, Alexander. Ia memohon pertimbangan dari uskup-uskup lain di Timur dan mendapat dukungan dari beberapa pengikut Origenes, seperti Eusebeus dari Kaisarea. Konflik ini mempengaruhi sang Kaisar Konstantinus untuk memanggil Konsili Nicea yang bersidang pada bulan Juni tahun 325 dibawah pimpinan Kaisar. Sekitar 220 uskup hadir, kebanyakan dari Timur. Konsili mengutuk Arius dan menyusun pengakuan iman anti-Arius, yaitu Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, yang dihasilkan pada Konsili Konstantinopel, tahun 381.

PIN:

Aku percaya kepada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah, yang diperanakkan dari Bapa, yang dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah sejati dariAllah sejati, yang diperanakkan, bukan dijadikan, sehakikat [homoousios] dengan Bapa, yang oleh-Nya segala sesuatu dijadikan, yaitu apa yang di sorga dan yang di bumi. .. Dan kepada Roh Kudus (lihat Runtut pijar, hlm. 24).

Konsili ini memformulasi doktrin Tritunggal

Teologi Athanasius:

Melawan Arianisme (pengikut Airus), Ia menyatakan “Keaalahan Yesus Kristus sebagai dasar seluruh iman Kristen”. Arianisme akan mengakibatkan tamatnya agama Kristen. Athanasius memerangi Arianisme dengan senjata apapun yang jatuh ke tangannya, termasuk politik gerejawi.

Pemulihan melalui salib (baca hlm. 27)

6. Teologi Efraim orang Siria: lihat hlm. 29

Bapa kecapi Roh Kudus dari Asia
Teologi Bapa-bapa Kapodokia
Bapa-bapa Kapodokia (terletak di Turki saman sekarang) adalah Basilius dari Kaisarea. Cita-citanya adalah mengintegrasikan segala yang baik dari kebudayaan klasik ke dalam agama Kristen. Basilius lahir dari keluarga Kristen yang kaya sekitar tahun 330. Ia mendapat didikan yang cukup baik dalam ajaran Kristen maupuan kebudayaan klasik dan filsafat.
Teologinya, lihat hlm. 30
Konsili Konstantinopel ………………………………….
Teologi Ambrosius …………………………………….
Teologi Johanes Chrysostomus …………………………
Teologi Hieronymus ……………………………………
Teologi Augustinus ……………………………………..
Teologi Cyrillus dari Alexandria ………………………….
Teologi kesendirian serempak kebersamaan 3: Konsili Efesus ………………………..
Teologi Theodoretus dari Kirus ………………………………………………………
Teologi Leo Agung ……………………………………………..
Teologi Kesendirian serempak kebersamaan 4: Konsili Chalchedon ………………………
Teologi Kepatuhan pada Rasul: Pengakuan Iman Rasuli …………………………………..
Kompetensi Dasar 2: Tradisi Timur Sejak Tahun 500 M.
Indikator:
1. Teologi Dionysius dari Areopagus ………………………………………….
2. Teologi kesendirian serempak kebersamaan 5: Konsili Konstantinopel (553) …………………….
3. Teologi Maximus Sang Syahid ……………………………………
4. Teologi kesendirian serempak kebersamaan 6: Konsili Konstantinopel (680-681) ………………….
5. Teologi Johannes dari Damsyik ……………………………………………………………………….
6. Teoloi kesendirian serempak kebersamaan 7: Konsili Nicea (787) ……………………………………
7. Teologi Simeon Sang Teolog Baru ……………………………………………………………………
8. Teologi Gregorius Palamas ………………………………………………………………………….
9. Teologi Pengakuan Dositheus (1672) …………………………………………………

Kompetensi Dasar 3:

Gereja Barat pada abad Pertengahan Tahun 500 – 1500 M
Indikator:

1. Teologi Keraguan dalam kesendirian dan kebersamaan 1: Pengakuan Iman Athanasius …………..
2. Teologi Boethius …………..
3. Teologi kesendirian menuju kebersamaan 8: Konsili Orange (529) ………………………………
4. Teologi Benedictus ………………………
5. Teologi Gregorius Agung ………………..
6. Teologi Johannes Scotus Eriugena …………….
7. Teologi Anselmus …………………………….
8. Teologi Petrus Abaelardus …………………….
9. Teologi Bernard dari Clairvaux ………………..
10. Teologi Petrus Lombardus …………………….
11. Teologi Joachim dari Fiore ……………………..
12. Teologi kebersamaan 9: Konsili Lateran keempat (1215) ………………….
13. Teologi Franciscus dari Asisi …………………………
14. Teologi Bonaventura …………………………………..
15. Teologi Thomas dari Aquino …………………………..
16. Teologi Johannes Duns Scotus …………………………
17. Teologi William dari Ockham …………………………..
18. Teologi Thomas Bradwardine …………………………..
19. Teologi Johannes Tauler ………………………………..
20. Teologi Catharina dari Sienna …………………………..
21. Teologi John Wyclif ……………………………………..
22. Teologi Johannes Hus ……………………………………
23. Teologi kebersamaan 10: Konsili Firenze ………………..
24. Teologi Thomas a Kempis (1438-1445) …………………..
25. Teologi Gabriel Biel ………………………………………

Kompetensi Dasar 4:
Reformasi dan Reaksi Tahun 1500-1800 M
Indikator: 1. Teologi Desiderius Erasmus …………….
2. Teologi Tradisi Lutheran ………………..
3. Teologi Tradisi Calvinis ………………..
4. Teologi Kelompok Anabaptis ………………
5. Teologi Reformasi Inggris ……………………. 6. Teologi Gereja Roma Katolik (Jawaban Gereja Katolik Roma) …………..

Kompetensi Dasar 5:
Pemikiran Kristen di Dunia Modern Setelah Tahun 1800 (Teologi Kontemporer)
Indikator:
1. Teologi Liberal …………………
2. Teologi Evangelical ……………..
3. Teologi Ortodoksi Baru …………..
4. Teologi Para Ekstensialis …………..
5. Teologi Proses, teologi pengharapan, iman yang berakar dalam sejarah, teologi feminis ………….
6. Teologi Kontra Reformasi (pihak Katolik Roma) ……………..
7. Teologi Marthin Luther King …………………
8. Teologi Kusuke Koyama …………………….
9. Teologi John Mbiti ………………………….
10. Teologi Pembebasan ………………………….

Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

0 komentar: