Selasa, 26 April 2016

Pembelajaran Kontekstual

ad300
Advertisement

 Pembelajaran Kontekstual adalah salah satu dari sekian banyak pendekatan atau lebih tepat disebut metode pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses mengajar (teaching) dan proses belajar (learning). Mengapa harus dipakai berbagai pendekatan (metode) dalam teaching dan learning Untuk memahami ini perlulah dipahami apa itu mengajar dan belajar, sebab perilaku mengajar sangat ditentukan oleh sejauh mana konsep tentang belajar. Artinya bila belajar diartikan proses perubahan kognitif maka mengajar diartikan proses transfer pengetahuan, yang kemudian mempengaruhi pendekatan atau metode yang dipakai. Misalnya, bila guru memahami belajar  adalah perubahan pengetahuan, maka mengajar yang dilakukan guru hanya transfer pengetahuan, yang kemudian mempengaruhi pendekatan yang dipergunakan yaitu memakai metode ceramah.
Ada beragam definisi tentang mengajar. Masing-masing definisi itu mempengaruhi guru dalam mengajar dan menggunakan pendekatan pembelajaran. Ada definisi belajar yang merangkum tiga ranah (kognitif, afektif dan psikomotorik), yaitu belajar adalah pengalaman belajar atau perubahan pada kognitif, afektif dan psikomotorik.  Pemahaman belajar seperti ini mempengaruhi pendidik mempergunakan ragam pendekatan dalam pembelajaran. Mengapa? Karena mengajar adalah upaya didaktik untuk perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik. Salah satu pendekatan yang diteliti oleh penulis adalah pendekatan Kontekstual Pembelajaran
Menurut Elaine B. Ohnson, pendekatan Kontekstual Pembelajaran lebih menekankan pada kemampuan peserta didik dalam merekonstruksi pengetahuan secara kontekstual yang berlangsung dalam bimbingan pendidik. Pendidik hanya berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran. Dalam konteks pemahaman yang demikian, Kontekstual Pembelajaran pada satu sisi menekankan ranah kognitif pada taraf yang lebih tinggi yaitu kemampuan menghubungkan apa yang dipelajari dengan kenyataan hidup sehari-hari, pada sisi yang lain Kontekstual  Pembelajaran menekankan kemampuan afektif dan psikomotorik, karena pembelajaran berpusatkan peserta didik pasti melibatkan tiga ranah.
Berdasarkan penjelasan di atas, menjadi jelas bahwa pilihan pendekatan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik. Dalam pembahasan ini lebih difokuskan pada pendekatan atau metode pembelajaran kontekstuan.
Penggunaan metode atau pendekatan pembelajaran pembelajaran kontekstual yang disinggung di atas disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tidak lain adalah terjadinya pengalaman belajar yaitu perubahan pada kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan adanya perubahan tersebut, peserta didik mampu mengolah informasi, dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, menurut W.Gulo, tujuan pengajaran terarah pada peningkatan kemampuan, baik dalam bentuk kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Kegiatan belajar mengajar tidak lagi sekedar menyampaikan dan menerima informasi, tetapi mengolah informasi sebagai masukan pada usaha peningkatan kemampuan peserta didik. Artinya yang dibutuhkan ialah peningkatan kemampuan peserta didik untuk memproses informasi (pelajaran) yang ditemukannya.
Menurut W.James Popham dan Eva L. Baker, “Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode atau pendekatan mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar”. Ini berarti tujuan mengajar adalah adanya perubahan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik.  Dalam mencapai tujuan ini (perubahan kemampuan peserta didik) ada banyak pendekatan, salah satunya adalah pembelajaran kontekstual. Berikut ini diuraikan konsep dasar serta hal-hal yang berkait dengan pembelajaran kontekstual.
Jadi, pendekatan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru PAK untuk mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dan kondisi dunia nyata peserta didik serta memotivasi mereka untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan sekarang. Usaha yang dilakukan guru PAK dalam mendorong peserta didik untuk menemukan sendiri dan membentuk pengetahuannya merupakan strategi memberdayakan potensi peserta didik menuju tujuan yang optimal.
Menurut Elaine B. Ohnson pada dasarnya pendekatan pembelajaran kontekstual dikembangkan di Amerika Serikat, dengan beberapa alas an, yaitu pembelajaran kontekstual berakar pada pandangan dunia baru yaitu dunia yang dibagi dalam komponen yang terpisah-pisah. Dalam hal ini setiap orang yang belajar selalu mempelajari binatang terpisah dari tumbuhan dan demikian manusia serta benda mati lainnya. Padahal dalam pandangan dunia baru semua itu adalah satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Karena satu sama lain terus menerus saling berinteraksi dan saling memerlukan atau membutuhkan. Alasan kedua, yaitu pembelajaran kontekstual didasarkan pada sebuah jawaban terhadap keterbatasan pengajaran tradisional. Pembelajaran tradisional tidak memberi kesempatan yang cukup bagi anak didik mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya serta tidak mampu menggunakan pengetahuan mereka dalam memecahkan masalah dalam dunia nyata. Karena itu kemampuan anak didik mengaplikasikan dan mengembangkan pengetahuannya serta ketrampilannya sangat rendah. Ketiga, pembelajaran kontekstual merupakan gerakan masyarakat bawah. Keempat, pembelajaran kontekstual didasarkan pada alasan sebuah system yang cocok dengan pekerjaan otak manusia. Bagian-bagian otak dengan fungsi tertentu bekerjasama untuk mengerjakan sesuatu.Sistem pembelajaran kontekstual yang dimulai dari Amerika Serikat kemudian berkembang ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.  
Pembelajaran kontekstual dibangun atas landasan berpikir (filosofi) konstruktivisme yang merumuskan, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta atau konsep yang siap untuk diambil, ditransfer dan diterima pesert didik, tetapi harus dikonstruksi sendiri oleh peserta didik. Karena itu pembelajaran dirancang sebagai pengalaman untuk dialami dan dilakukan sendiri oleh peserta didik seperti dalam dunia nyatanya, Peserta didik sendiri membangun  pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Belajar terjadi dengan mengaitkan informasi baru terhadap konsep-konsep yang relevan dengan pemikiran sesorang. Artinya bahwa proses pembelajaran membentuk pemahaman peserta didik semakin dalam dan semakin kuat, karena selalu diuji dengan pengalaman baru. Dalan konteks seperti itu pembelajaran dapat terjadi dalam kolaborasi yang melibatkan kerjasama guru dengan peserta didik  dan lingkungannya. Pengertian peserta didik muncul dari hubungan antara daya kemampuan dan situasi atau kondisi lingkungan  yang menyenangkan, karena peserta didik sedapat mungkin membangun pengetahuannya dalam membangun proses pmbelajaran dengan dunia nyata.
Konteks adalah salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar dengan penuh makna. Dengan memperhatikan prinsip kontekstual, proses pembelajaran diharapkan mendoronga peserta didik untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan meyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Ada sembilan konteks belajar  yng melingkupi peserta didik yaitu: Konteks tujuan,  artinya tujuan apa yang akan dicapai ?;  Konteks isi, artinya materi apa yang akan dipelajari ?; Konteks sumber, artinya sumber belajar yang bagaimana yang dapat digunakan?; Konteks target siswa, siapa yang akan belajar ? ; Konteks guru, artinya bagaimana konteks guru yang mengajar ?; Konteks metode, artinya strategi yang bagaimana yang harus digunakan ?; Konteks hasil, artinya bagaimana cara mengukur hasil pembelajaran ? ;Konteks  kemapanan, artinya apakah  siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan baru ? Konteks lingkungan, artinya  dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar? (Amin O. Harefa)

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan ahwa pendekatan pembelajaran  kontekstual pada dasarnya  adalah pembelajaran yang bertujuan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan yang nantinya secara fleksibel dan kreatif dapat diterapkana dari satu permasalahan ke permasalahan lain, atau dari satu konteks ke konteks lain. Berarti peserta didik tidak berhenti pada satu titik persoalan dengan satu jawaban melainkan peserta didik dapat berkembang pada pemikiran yang lebih luas dan mendalam.
Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

0 komentar: