Selasa, 26 April 2016

Konstruktivisme

ad300
Advertisement
Sejarah singkat gagasan pokok aliran konstruktivisme diawali oleh Giambatista Vico, seorang epistemolog Italia. Ia dipandang sebagai cikal bakal lahirnya Konstruktivisme. Vico mengatakan bahwa: Tuhan adalah pencipta. Mengerti berarti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karena Dia pencipta segala sesuatu itu. Manusia haya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan Tuhan. Ini berarti pengetahuan manusia dapat menunjuk pada struktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari subjek yang mengetahui.(Wijisuwarno, 2008)

Sementara menurut M.Sukardjo dan Ukim Komarudin, menyatakan:  Menurut Von Glasersfeld (1988) pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ke-20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun, apabila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya sudah dimulai oleh Giambastissta Vico, seorang epistemology dari Italia (Suparno, 1997). Pada tahun 1710, Vico dalam De Antiquissima Italorum Sapientia, mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, “ Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan.” Terkait dengan itu, dia menjelaskan bahwa mengetahui bermakna berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Ini berarti bahwa seorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsure-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Menurut Vico, “hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya Dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa membuatnya. Sementara itu orang hanya dapat mengetahui segala sesuatu yang telah dikonstruksikannya. Bagi Vico, pengetahuan selalu menunjuk kepada struktur konsep yang dibentuk. …pengetahuan tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu.(M.Sukardjo dan Ukim Komarudin, 2009)
Pendekatan atau metode  konstruktivisme dalam pembelajaran didasarkan pada perpaduan antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi sosial, sebagaimana tehnik-tehnik dalam modifikasi perilaku yang didasarkan pada teori operant conditioning dalam psikologi behavioral. Premis dasarnya adalah bahwa peserta didik harus secara aktif membangun pengetahuan dan ketrampilannya dan informasi yang ada diperoleh dalam proses membangun kerangka oleh pelajar dari lingkungan di luar dirinya. Dalam konteks ini maka guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi peserta didiklah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikirannya sendiri.( H.Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2008)
Konstruktivisme adalah proses membangun  atau menyususun pengetahuan baru dalam struktur kognitif anak didik berdasarkan pengalaman. Pembelajaran kontekstual dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya oleh Jean P Piaget. Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Dalam konteks berpikir yang demikian, Piaget mengemukakan berbagai teori, salah satunya yakni manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya. Oleh karena itu tidak dapat disangkali bahwa pengalaman yang sama bagi seseorang dalam hal ini bagi peserta didik akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu (masing-masing peserta didik) dan disimpan dalam kotak atau struktur yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia/peserta didik. Dengan demikian pada saat manusia/peserta didik  belajar terjadilah dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi. Proses organisasi yang dimaksud disini adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Melalui proses organisasi inilah manusia dapat memahami sebuah informasi baru yang didapatkannya dengan menyesuaikan informasi tersebut dengan struktur pengetahuan yang dimilikinya, sehingga manusia dapat mengasimilasikan atau mengakomodasikan informasi atau pengetahuan tersebut. Sedangkan proses adaptasi adalah proses menggabungkan pengetahuan yang diterima oleh manusia dan mengubah struktur pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan struktur pengetahuan baru sehingga terjadi keseimbangan (H.Baharudin dan Esa Nur Wahyuni ).   
Sebagaimana yang dikatakan di atas yakni aliran filsafat  konstruktivisme  berangkat dari pemikiran  epistemology Giambatista Vico. Menurut ungkapan Vico, bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dan ciptaan-Nya. (Wina Sanjaya,  2008).  Berarti seseorang mengetahui sesuatu manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Manusia sebagai subjek yang tahu akan sesuatu dan mengembangkannya guna melangsungkan mengkonstruksikan pengetahuan melalui pengalaman.
Dengan dasar itu, peserta didik dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan berupaya memahami dengan ide-ide yang ia miliki. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada peserta didik, tetapi mereka harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Melihat hal itu, maka esensi dari teori konstruktivisme adalah ide peserta  didik (seseorang) yang harus menemukan dan mentransformasikan sesuatu informasi kompleks ke situasi lain.
Proses mengkonstruksikan bukan menerima pengetahuan melainkan membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pandangan konstruktifisme, cara memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak peserta didik menghafal atau mengingat pengetahuan yang dipelajari. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan: pertama, menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserrta didik, kedua memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan ketiga, menyadarkan peserta didik supaya mampu menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar secara pro aktif.
Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat, apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi  informasi bermakna yang berbeda-beda.( Depdiknas,) Berarti, pengalaman itu bagi semua orang akan dimaknai  secara berbeda-beda  serta digunakan dalam waktu yang tertentu atau kapan dan dimana sesuai kondisi. Dalam menerapkan filosofi konstruktifisme ini terhadap kegaitan pembelajaran yang penting diketahui, adalah ketika guru atau pendidik  merancang pembelajaran dalam bentuk anak didik bekerja, praktek mengerjakan sesuatu,  berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide, dan sebagainya.
Prinsip-prinsip pembelajaran dalam pendekatan konstruktivisme melahirkan berbagai model pembelajaran, seperti discovery learning, receptionlearning, assisted learning, active learning, the accelerated learning, quantum learning, dan contextual teaching and learning. Dari model-model pembelajaran ini terdapat pandangan yang sama, yakni bahwa dalam proses belajar peserta didik berlaku aktif kegiatan belajar dengan membangun sendiri pengetahuan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dimilikinya (H.Baharudin dan Esa Nur Wahyuni). Pembelajaran lebih difokuskan pada peserta didik, peserta didiklah yang merekonstruksi pengetahuan dengan dipandu oleh guru/pendidik.



Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

0 komentar: