Selasa, 31 Mei 2016

Harapanku dan Harapanmu dalam menyongsong hari esok

Harapanku dan Harapanmu dalam menyongsong hari esok
Sebuah syair Kristen menyatakan sebuah harapan indah tentang hari esok. Hari esok tidak ada yang tahu. Kita melangkah ke hari esok penuh harapan dan optimisme. Harapan dan optimisme kita bersumber dalam diri kita sendiri tetapi bersumber pada Dia yang memberi kepastian kepada kita. Oleh karena itu walaupun pohon saitun tidak menghasilkan sesuatu bagi kita tetapi ia yang memberi kekuatan kepada kita untuk melangkah dengan penuh kepastian. Kepada-Nya kita tujukan filsafat doa dan pastikanlah bahwa Ia mendengar.
Dalam harapan itu, saya berkarya secara online dengan penuh harapan dan bimbingan Tuhanku Yesus Kristus. Tidak peduli apakah orang lain tidak percaya Yesus itu TUHAN tetapi aku tetap percaya kepada-Nya. Dia adalah TUHAN dan Juruselamat.

Doa nyamuk:

TUHAN, kami merindukan untuk makan seekor nyamuk atau beberapa nyamuk. Entahkah kapan dikabulkan tetapi kami menanti jawaban doa bahwa doa kami pasti dijawab.

Doa di atas mustahil dijawab tetapi akhirnya dijawab. Mengapa begitu karena semut tidak dapat mengejar nyamuk dan menangkapnya. Namun seiring dengan kemajukan teknologi manusia maka doa nyamukpun terjawab, yaitu ketika nyamuk-nyamuk mati karena tersengat reket nyamuk maka nyamuk-nyamuk itu jatuh ke lantai, Semutpun meresponnya dengan membawa nyamuk-nyamuk itu ke tempat persediaan makanan.

Apa makna doa nyamuk di atas buat kita.

Kita berdoa TUHAN berilah kami rejeki yang secukupnya. Seiring dengan doa itu mari kita menyongsong dengan penuh perjuangan dan kegembiraan bahwa rejeki secukupnya dapat kita wujudkan melalui teknologi website, khususnya yang gratis seperti Blogspot.com, dan beberapa fasilitas internet yaitu: email dari gmail.com.
Jika kita sudah punya email, sudah bisa mengetik, membuka email, dan mengetik di komputer maka itu modal bagi kita untuk meraih harapan rejeki yang secukupnya. Desa atau kampung tidak menjadi kendala bagi kita untuk mendapat rejeki online. Asal ada sinyal internet, komputer, laptop,  Listrik maka kita bisa menghasilkan penghasilan untuk kita. Jangankan rupiah, kita bisa bekerja online dan mendapatkan dollar. 
Ada banyak fasilitas yang disediakan rekan kerja dalam dunia online, yang biasa disebut menjadi "Publisher" dari situs penyedia layanan publisher. Saya sedang berjuang dan terus berjuang.

Trimakasih Blogspot.com; Gmail.com karena melalui fasilitas ini saya dapat berkarya secara online. Saya secara fisik tidak dapat pergi ke seluruh dunia tetapi karyaku bisa dibaca oleh beberapa orang di seluruh dunia.

Mari kita berkarya secara online, khususnya melalui blogspot.com

Salam blogger Blogspot
Yonas Muanley

Jumat, 06 Mei 2016

Metode Pemecahan Masalah John Dewey

Metode Pemecahan Masalah John Dewey
          John Dewey adalah seorang pakar di bidang pendidikan, yang pemikirannya mempengaruhi, pemikir-pemikir pendidik tentang pendidikan, termasuk Pendidikan Agama Kristen. Pemikiran Dewey mempengaruhi pemikir pakar di bidang PAK, Dewey menentang gaya mengajar yang “Guru sentris” dalam arti pendidik menyampaikan keterangan yang sudah jadi atau siap pakai, sedangkan Nara didik hanya menyerap saja. Menurut Dewey, Nara didik berhak menemukan sendiri pengetahuan yang perlu bagi dirinya, sebab pendidikan diperlukan untuk menolong orang berefleksi atas pengalaman-pengalamannya. Karena itu proses belajar mengajar dimulai ketika Nara didik dihadapkan dengan pengalamnnya. Di dalam pengalaman itu, ada “masalah” yang memberikan rangsangan (stimulus) kepada Nara didik untuk berpikir. Tugas Pendidik bukanlah memecahkan masalah bagi Nara didik, melainkan menolong Nara didik menemukan masalah yang ada. Dalam pengalamannya membimbing Nara didik memecahkan masalah tersebut . Nara didik sendiri yang harus berpikir (berefleksi) mencari dan menemukan jawaban bagi pemecahan masalah.
          Pemecahan masalah yang dikemukakan Dewey ini, berlangsung secara bertahap. Pada  fase pertama, Nara didik harus memiliki pengalaman. Pada tahap ini Nara didik dibimbing untuk menemukan masalah di dalam pengalamannya itu.
Pada fase kedua, Nara didik dibimbing untuk mengumpulkan data dan fakta tentang masalah itu dan merumuskannya. Pada fase ketiga, Nara didik dibimbing untuk menyusun berbagai kesimpulan sementara atau hipotesa, kemudian memilih hipotesa yang dianggap paling tepat sebagai jawaban bagi pemecahan masalah.
Pada fase keempat, peserta didik melakukan uji coba untuk membuktikan kebenaran bagi hipotesa yang telah dirumuskan. Pada tahap kelima, Nara didik membuat kesimpulan berdasarkan hasil pembuktian hipotesis. Dari keseluruhan proses belajar mengajar ini, peserta didik memperoleh pengetahuan, pengertian dan keterampilan sejati, bukan sesuatu yang Ia hafalkan dari buku atau yang diberikan oleh Pendidik.
          Kelima metode dalam metode Pemecahan Masalah yang dikemukakan Dewey, menurut Randolph C Miller, dapat dipakai untuk memecahkan masalah yang menyangkut kebutuhan dasariah dalam PAK. Sebagai contoh dalam diri Nara didik ada kebutuhan untuk belajar berdoa (kebutuhan untuk mengetahui) dan kebutuhan untuk mengabdikan diri pada Bapa di Surga (kebutuhan untuk mempercayai) untuk menolong Nara didik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu, Miller mengusulkan lima langkah yang harus dilakukan seperti yang dikemukakan Dewey.
          Langkah pertama, Nara didik harus menyadari masalah. Langkah kedua, Nara didik ditolong untuk menjernihkan masalah itu dengan jalan memperolah data dan fakta yang terkait dengan masalah.Langkah ketiga, Nara didik dibimbing untuk memanfaatkan pengetahuan yang tersedia dalam pengalaman kelompok dan dalam Alkitab. Langkah keempat, Nara didik memilih hipotesa yang tepat, menguji hipotesa.

Langkah kelima, Nara didik menemukan jawaban bagi pemecahan masalah melalui hasil uji coba hipotesa.

Rabu, 04 Mei 2016

Mencari Makna Hendaklah Kamu Sempurna Seperti Bapa

Mencari Makna Hendaklah Kamu Sempurna Seperti Bapa
Apa itu kesempurnaan? Ada berbagai jawaban atas pertanyaan ini. Namun pertanyaan ini diarahkan pada Matius 4:48. Kesempurnaan merupakan salah satu konsep atau variabel yang didambakan oleh setiap orang. Allah adalah sempurna, dan telah menciptakan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa dalam kesempurnaan yaitu tanpa dosa (kesempurnaan secara moral), kondisi kesempurnaan itu dapat disaksikan dalam narasi Kejadian 1 dan 2. Akan tetapi kesempurnaan moral itu mengalami gangguan yaitu kegagalan manusia dalam dosa sebagaimana muncul dalam deskripsi Kejadian 3. Dalam perkembangannya, manusia yaitu Kain membunuh adiknya. Hal ini menunjukkan penyimpangan kesempurnaan. Seharusnya Kain mengasihi adiknya tetapi justru kain bertindak tidak sempurna. Kondisi demikian berkembang dalam kehidupan umat pilihan-Nya sampai datang-Nya Yesus Kristus.
Menurut Lorens Bagus sempurna memiliki beberapa pengertian yakni: (1) lengkap, (2) murni, (3) tidak ada kesalahan. Tidak memiliki kemungkinan untuk cacat atau tidak bercacat. Berdasarkan definisi ini, kata sempurna menunjukkan kualitas moral yaitu tanpa salah. Hal ini berarti sempurna adalah kondisi dimana tidak terjadi pelanggaran atau kesalahan dalam diri seseorang.
Salah satu teks dalam Perjanjian Baru yang menjadi perdebatan teologis yaitu Teks Matius 5:48. Teks ini  telah menjadi diksusi para ahli, diskusi itu salah satunya adalah pokok yang bersifat teologis. Percakapan teologis berkisar pada doktrin “kesempurnaan Kristen” (Christian Perfection) yang diajarkan John Wesley, Victoria L. Campbell. Mereka menulis artikel berisi pembelaan terhadap doktrin kesempurnaan Kristen yang diajarkan oleh Wesley. Menurut Campbell, Wesley mengajarkan bahwa kesempurnaan Kristen itu merupakan sebuah “sasaran” (goal) atau “tujuan akhir” (ends). Artinya, kesempurnaan Kristen menurut Wesley bukanlah sebuah status kekinian yang dapat dinikmati oleh orang percaya saat ini dan di sini, melainkan sebuah sasaran atau tujuan akhir yang menjadi orientasi dari seluruh kehidupan Kristiani.
Wesley mengajarkan tentang kesempurnaan sebagaimana yang dimaksud oleh Yesus tetapi dinilai oleh J. Sidlow Baxter bahwa ajaran kesempurnaan Kristen dari Wesley adalah tidak Alkitabiah dan tidak mungkin tercapai oleh oleh orang percaya dalam kehidupan ini.
Menurut Witherington, Wesley memang mengajarkan doktrin kesempurnaan Kristen yang bersifat progresif, bukan status kekinian, namun Wesley memang percaya bahwa progress menuju kesempurnaan Kristen itu dapat tercapai dalam hidup ini. Hal ini disebabkan Wesley mendefinisikan dosa secara terlalu sempit yaitu sebagai “perlawanan secara sengaja terhadap hukum-hukum moral yang telah tercatat dalam Alkitab”.
Kritik Witherington terhadap Wesley adalah bahwa Wesley tidak tepat dalam pendefinisiannya mengenai dosa, sementara Witherington sendiri tetap mengakomodasi inti doktrin kesempurnaan Kristen yang diajarkan Wesley. Apa yang diperdebatkan itu ada dalam
Matius 5:17-48; 1 Korintus 10:13; 1 Yohanes 1:8-10; 2:2; 3:6-9; dan 4:12, 17-18.

Namun apakah Matius 5:48, menegaskan bahwa orang-orang Kristen harus mencapai suatu tingkat kehidupan yang sempurna di dalam segala aspeknya dalam hidup ini? Apakah yang dimaksudkan dengan “sempurna” dalam teks ini?. Sempurna dalam hal apa? Inilah yang menjadi masalah penelitian

Senin, 02 Mei 2016

Pelayanan Bimbingan di STT

Pelayanan Bimbingan di STT
Bagi kita yang mengadakan pelayanan bimbingan di sekolah tinggi teologi perlu mendasari pemahaman kita atas kegiatan layanan bimbingan dengan pengertian tentang bimbingan. Apa itu bimbingan? Beberapa pendapat berikut ini menolong kita dalam memahami pelayanan bimbingan yang kita lakukan terhadap mahasiswa.
Menurut Sutirna mengemukakan beberapa pengertian tentang bimbingan, yakni: (1) bimbingan adalah bantuan kepada individu dalam membuat suatu pilihan yang cerdas untuk mengatasi masalah dalam kehidupan yang dihadapi orang yang dibimbing. (H. Sutirna,2013:145) Kedua, bimbingan adalah   bantuan pemecahan masalah seseorang, sehingga dapat membuat keputusan yang terbaik atau dengan kata lain dengan bimbingan diharapkan memperoleh sebuah solusi dan perencanaan yang tepat. Dalam hal ini pembimbing harus dapat memberikan gambaran tentang cara pandang yang salah untuk mempersiapkan masa yang akan datang. Ketiga, bimbingan adalah upaya untuk membuat setiap individu akrab dengan berbagai informasi tentang dirinya, kemampuannya, perkembangan dirinya sebelumnya diberbagai bidang kehidupan , dan rencana di masa depan (H. Prayitno dan Erman Amti , 2013:145)
   H. Prayitno dan Erman Amti mengutip definisi Crow & Crow yaitu bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri. Selanjutnya  mengutip  Tiedeman dalam Bernard dan Fulmer yaitu bimbingan adalah membantu seseorang agar menjadi berguna, tidak sekadar mengikti  kegiatan yang berguna. H. Prayitno dan Erman Amti, 2013:94)
 Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dikatakan bahwa bimbingan berarti bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang memerlukannya. Bimbingan tersebut  diberikan kepada setiap orang, namun diprioritaskan kepada individu-individu yang membutuhkannya atau benar-benar harus dibantu. Individu yang dimaksud yaitu mahasiswa yang kita layani. Mereka perlu dibimbing dalam pelayanan bimbingan secara baik.